Kategori
Business Game Lecture Manajemen Telematika Widyatama Wirausaha

Apakah Kewirausahaan Bisa Diajarkan Melalui Game?

Apakah Kewirausahaan Bisa Diajarkan Melalui Game? Inilah pendapat salah seorang mahasiswa setelah mengulas Game Wirausaha di http://Bizgame101.com.

Adhi Purwosunu (0604058)

Ulasan Game Wirausaha di http:\Bizgame101.com

Ada tiga highlight di bizgame yaitu :

  1. Mini game, disini user dapat memainkan game-game yang berkaitan dengan wirausaha
  2. Bangun Usahamu.
  3. Tips dan trik, disini user disuguhi dengan tips dan trik yang dibutuhkan apabila ingin berwirausaha

Di dalam menu utama kita dapat melakukan beberapa aktivitas yaitu belajar, bekerja, belanja, dan membangun usaha. Selain itu kita juga dapat mengatur profil kita dan bertanya kepada paman mengenai  hal-hal yang berkaitan dengan game.

  1. Aktivitas bekerja merupakan aktivitas untuk mengumpulkan point dengan cara bekerja di bidang kuliner, fashion dan ternak.
  2. Aktivitas belajar merupakan aktivitas untuk menambah soft skill, seperti time management, resource planning, dan management resiko.
    1. Time management atau pengelolaan waktu berarti kemampuan untuk mengatur dan merencanakan aktivitas, sehingga waktu dapat teralokasi dengan baik. Hal pertama yang harus dilakukan dari manajemen waktu adalah bertanya pada diri sendiri hal apa yang harus dilakukan dengan waktu yang dimiliki untuk setiap harinya.
    2. Pengelolaan Sumber daya, pengelolaan sumber daya berarti pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien sesuai aktivitas kebutuhan perusahaan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan termasuk sumber daya finansial, tenaga kerja, produksi, atau bahkan teknologi dan atau informasi. Ketersediaan sumber daya berbeda-beda bagi setiap perusahaan sehingga hal pertama yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya adalah pendataan dan pencatatan (inventarisasi) yang baik.
    3. Analisis Resiko
  3. Aktivitas belanja merupakan aktivitas untuk menambah item-item yang dimiliki yang selanjutnya berguna untuk membangun usaha.

Game Restoran

Pertama kali saya mencoba game yang temanya bekerja di restoran. Yang menjadi tutor di sini adalah chef Chandra. Dalam mini game tersebut saya diharuskan mencuci piring menggunakan berbagai berbagai macam permbersih yang tepat. Apabila saya menggunakan pembersih yang tidak sesuai dengan piring yang akan dicuci akan muncul tanda “x” yang berarti saya salah dan waktu akan semakin berkurang. Di game ini kita harus belajar manajemen waktu. Bagaimana memanfaatkan waktu yang tersedia dan mengambil keputusan yang tepat walaupun dikejar deadline.

Game ini juga menganjurkan agar kita bisa memanfaatkan waktu dengan efisien sebagai salah satu soft skill dalam berwirausaha.

Di dalam game kita dapat mendapatkan poin setiap kali kita bermain, dan akan dapat naik level apabila point kita telah sampai pada titik tertentu.

Ketika saya level up, ada trik dari chef Chandra bahwa selain kerja keras dan manajemen waktu, untuk membuka usaha di bidang kuliner, dibutuhkan inovasi untuk membuat menu yang unik dan istimewa. Banyak belajar dari koki yang sudah berpengalaman, banyak melakukan eksperimen, dan tidak boleh malas.

Menurut saya semuanya penting, namun yang paling saya setujui adalah yang kedua, karena dengan adanya kreatifitas dan inovasi kita dapat membuat produk – produk yang berbeda dengan produk yang telah beredar di pasaran. Dengan membuat produk kita unik, diharapkan kitalah yang akan menjadi trend-setter yang selanjutnya semoga menjadi market leader. Untuk memperoleh kreatifitas dan inovasi ini menurut saya dibutuhkan situasi yang kondusif dan sikap optimis, karena dibandingkan dengan pilihan yang lain, sikap ini memilki resiko yang terbesar karena produk yang ditawarkan mungkin tidak sesuai dengan selera pasar. Harus dibutuhkan sikap pantang menyerah karena usaha yang menawarkan keunikan seperti ini membutuhkan banyak trial dan error.

Di level ketiga saya mendapatkan trik dari chef Chandra bahwa dalam berwirausaha kita tidak boleh mudah menyerah. Chef Chandra juga menyinggung data yang dikeluarkan APEC, bahwa tren pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan terus naik di tahun 2013, sehingga akan banyak investor baik lokal maupun non-lokal yang berlomba-lomba untuk menanamkan investasinya di indonesia.  Hal ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan cara mulai berwirausaha dan mengambil bagian dalam membuat masyarakat makin sejahtera.

Game Beternak

Saat naik ke level 3 di game beternak ini, pak Sholeh mengatakan bahwa negara indonesia merupakan salah satu dari 3 negara di asia pasifik yang produk domestik bruto-nya naik di tengah krisis perekonomian global, sehingga sebenarnya kita berada di lingkungan ekonomi yang kondusif dan memotivasi kita untuk berwirausaha.

Kategori
Business Innovation Lagu Lecture Manajemen Pendidikan Puisi Telematika Widyatama Wirausaha

Hubungan “Gangnam Style”, Lagu “Kebangsaan” Kuliah Kewirausahaan dan Sarbanes-Oxley

Tanggal 21 Desember 2012 adalah hari terakhir saya menyampaikan Kuliah Kewirausahaan di Akuntansi Widyatama semester ini. Kuliah diakhiri dengan kegiatan yang memberi “ingatan mengesankan” bagi mahasiswa dan presentasi tugas kelompok penjualan kewirausahaan. Maksudnya adalah mereka mengalami dan mengkhidmati “Individual/Personal Learning”, “Team/Group Learning” dan “Organizational/Class Learning”. Foto-Fotonya bisa dilihat di Facebook………
“Gangnam Style” Penutup Kuliah Kewirausahaan

Untuk S-1 Kelas H, selain presentasi tugas kelompok penjualan kewirausahaan, saya meminta juga mereka (bersama saya) menutup kuliah dengan “Gangnam Style” di “Main Hall” Universitas Widyatama. Tadinya mereka enggan melakukannya, maklum rasa malu menghinggapi mereka, yang sebetulnya saya juga sama mengalaminya 🙂 Namun akhirnya, setelah latihan 2 X 60 menit jadilah kami ber-“Gangnam Style” dengan gaya “Cikutra 204A”, termasuk dosennya yang bergaya Parto menari di acara “Opera Van Java” 😀
Setelah acara “memalukan diri sendiri” ini selesai, banyak pendapat mahasiswa yang saya dengar, namun pada umumnya mereka “Exciting” dan “Having Fun”. Baru pertama kalinya kuliah ditutup dengan kegiatann seperti ini yang tidak akan mereka lupakan seumur hidupnya…..Beriikut pendapat mereka yang saya kutip dari Twitter sbb:

Via : Gangnam Style Kuliah Kewirausahan Kelas-H Akuntansi  

Belajar hari ini bersama kelas H memang beda dan paling asyik, terimakasih pak  pembelajarannya 🙂

This morning was embarrassing, but it’s memorable and unforgettable. Thanks to Mr  and my friends. WE DID GANGNAM STYLE!!  =D

Entrepreneurship is fun   Thanks to Mr  and my friends. WE DID GANGNAM STYLE!!

 

 

Lagu “Kebangsaan’ Kewirausahaan Universitas Widyatama


Kuliah Penutup dilanjutkan untuk kelas-G berencana untuk menyanyikan Lagu “Kebangsaan’ Kewirausahaan Universitas Widyatama. Lagu yang diciptakan dan diaransemen Abdul Aziz (0111U063) mahasiswa Akuntansi Widyatama hanya perlu waktu 60 menit untuk dapat dinyanyikan bersama mahasiswa lain. Kemudian tepat jam 11.00 kami nyanyikan di “Main Hall” Universitas Widyatama tanpa memperdulikan “rasa malu yang membara”. Bahkan ada beberapa mahasiswi yang tertunduk karena menahan malu karena menyanyikan lagu  “kontemporer” itu.
Berikut adalah lirik yang saya rencanakan sebagai Lagu “Kebangsaan’ Kewirausahaan Universitas Widyatama pada setiap Kuliah Kewirausahaan yang saya ampu:
Tumbuhkan Gelora Muda Usaha 
Tunjukkan Innovasimu
Dengan Kreativitasmu
Namun Kadang Ada Resiko
Tapi Ini Bakat Kubutuh
Berikut adalah komentar mereka di Twitter 🙂

RT : Via : “Tumbuhkan Gelora Muda Usaha” Lagu “Kebangsaan” Kuliah Kewirausahan Kelas-G … 

Via : Gangnam Style Kuliah Kewirausahan Kelas-H Akuntansi  

Bakat kubutuh pak :DRT : Tumbuhkan Gelora Muda Usaha” Lagu “Kebangsaan” Kuliah Kewirausahan Kelas-G Akuntansi

Kuliah Umum Sarbanne-Oxley
Hari itu ditutup dengan Kuliah Umum Sarbanne-Oxley untuk mahasiswa Teknik Informatika Universitas Widyatama. Seperti diketahui, Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah hukum federal Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002 sebagai tanggapan terhadap sejumlah skandal akuntansi perusahaan besar yang termasuk di antaranya melibatkan Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom. 
Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham nasional. Akta yang diberi nama berdasarkan dua sponsornya, Senator Paul Sarbanes (D-MD) and Representatif Michael G. Oxley (R-OH), ini disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush.
Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tidak berlaku bagi perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 judul atau bagian yang menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC) untuk menerapkan aturan persyaratan baru untuk menaati hukum ini.
Kategori
Business Grameen Ilmiah IMTelkom Innovation Leadership Lecture Manajemen Pemikiran Pendidikan Telekomunikasi Telematika Tokoh Wirausaha

Muhammad Yunus dan Keberhasilan Program Telepon Pedesaan (Village Phone) Grameen Telecom

 
Dikutip dari Tesis Djadja Sardjana (IMTelkom, 2008), “Village Phone” dari Grameen Telecom merupakan proyek percobaan dari Grameen yang didirikan Muhammad Yunus yang pada  tahun 2000 melibatkan 950 Village Phones yang menyediakan akses telepon kepada lebih dari 65,000 orang. Wanita-wanita desa/kampung mengakses kredit mikro untuk memperoleh pelayanan telepon selular GSM dan sesudah itu menjual lagi pelayanan tersebut di desa/kampung mereka. Grameen Telecom memperkirakan  bahwa ketika programnya selesai, akan ada 40,000 operator “Village Phone” dengan  laba bersih $24 juta USD tiap tahun. 
 
Program Village Phone muncul sebagai solusi teknis terbaik yang tersedia untuk akses telekomunikasi universal pedesaan sesuai dengan keadaan Regulasi Telekomunikasi Bangladesh  dan kondisi ekonomi saat itu. Program “Village Phone” adalah suatu solusi organisatoris dan teknis untuk akses telekomunikasi pedesaan yang dibutuhkan oleh suatu lingkungan dengan regulasi telekomunikasi yang tidak mendukung bagi percepatan infrastruktur telekomunikasi pedesaan. 
 
Konsep dari “akses yang universal” bukanlah sesuatu yang netral terhadap gender. Di dalam kasus dari Bangladesh ini, jenis kelamin dari operator “Village Phone” dan penempatan secara fisik dari telepon di dalam suatu desa/kampung yang tersegmentasi secara gender dapat menghalangi atau memperbaiki akses wanita-wanita untuk menelpon karena alasan religius. Biasanya Kantor Cabang Grameen menempatkan satu lokasi operator wanita yang akan menyediakan suatu ruang yang bisa diterima untuk wanita-wanita desa/kampung yang lain untuk mengakses telepon. Dari sudut pandang pendapatan dan laba, adalah penting untuk memastikan bahwa “Village Phone” secara penuh dapat diakses oleh seluruh populasi desa/kampung,  jika 50% dari pemakai berdasarkan gender menghadapi rintangan sosial budaya untuk menelpon, maka suatu arus pendapatan yang penting telah lenyap. 
 
“Village Phone” bertindak sebagai suatu instrumen yang tangguh untuk mengurangi resiko  dalam pengiriman uang dari para anggota keluarga para pekerja di Dhaka City dan yang bekerja di luar negeri, serta untuk membantu orang desa di dalam memperoleh informasi akurat tentang kurs valuta asing. Mengirim uang tunai dari suatu negara Timur Tengah ke suatu desa/kampung di Banglades adalah penuh resiko; pengiriman uang seperti itu adlah faktor pokok yang membuat laku/laris untuk pemakaian telepon. Mengurangi resiko dari pengiriman uang dari para pekerja di luar negeri mempunyai implikasi penting untuk penduduk rumah tangga dan pedesaan di Bangladesh. Di tingkatan yang mikro, pengiriman uang cenderung untuk digunakan untuk biaya rumah tangga sehari-hari seperti makanan, pakaian dan pelayanan kesehatan. Pengiriman uang seperti itu satu faktor yang penting dalam memenuhi penghidupan rumah tangga, dan dapat meningkatkan porsi yang penting dari penghasilan rumah tangga. Begitu penghidupan dipenuhi, pengiriman uang cenderung untuk digunakan untuk “investasi-investasi produktif,” atau untuk uang tabungan.
 
Panggilan-panggilan telepon kepada keluarga dan para teman sering melibatkan pertukaran informasi tentang harga pasar, daftar biaya pengiriman barang-barang,  tren pasar dan pertukaran valuta. Hal ini  membuat “Village Phone” satu alat yang penting untuk membuka peluang usaha rumah tangga dalam mengambil informasi pasar untuk meningkatkat keuntungan dan mengurangi biaya produktif. 
 
Pelayanan telepon pedesaan di Bangladesh adalah sangat menguntungkan karena regulasi yang ada saat itu (ketiadaan interkoneksi menjadi penghalang yang paling besar), sehingga operator telekomunikasi tidak mampu untuk mengimbangi permintaan untuk jasa telekomunikasi antar operator. Telepon-telepon di dalam program Grameen Telecom Village Phone menghasilkan tiga kali pendapatan untuk pelayanan selular pedesaan ($100/bulan lawan $30/bulan). Bahkan, satu pesaing operator telekomunikasi di BangladeshPemangku kepentingan melaporkan mempunyai pendapatan dari 12,000 sama dengan pendapatan dari 1,500 “Village Phone”. 
 
Teknologi telepon genggam GSM adalah suatu solusi yang mahal untuk akses  universal di daerah pedesaan Bangladesh. Liputan selular ini terbatas untuk daerah pedesaan serta hanya menguntungkan di bawah regulasi telekomunikasi yang sehat – ketika lingkungan yang regulasi diperbaiki, teknologi selular tidak akan menjadi alat paling efisien dan sehat dalam menyediakan servis yang universal. Teknologi telepon genggam GSM juga menempatkan tarif-tarif jauh lebih tinggi pada para pemakai telepon pedesaan dibanding “Wireless Local Loop” (WLL) teknologi. Tanpa perbaikan-perbaikan pada regulasi, teknologi selular adalah suatu solusi yang praktis. Juga, teknologi selular sekarang ini bukan suatu opsi yang sehat untuk hubungan email/Internet/data yang murah. WLL dan opsi lain dapat menyediakan secara luas dan jauh lebih baik dengan ongkos pelayanan lebih murah. 
 
Kategori
Business Filosofi Grameen Guru Ilmiah IMTelkom Kebijakan Kerja Leadership Manajemen Pahlawan Pemikiran Pendidikan Telekomunikasi Telematika Tokoh Wirausaha

Profesor Muhammad Yunus: Merubah Paradigma NACO (Not Action Concept Only) Menjadi PDCA (Plan, Do, Check and Action)

Sering kali kita merasakan sebagai seorang Akademisi bahwa tugasnya hanya berkutat dengan bidang teoritis keilmuan. Jurnal yang terakreditasi, seminar atau konferensi di luar negeri dan menjadi seorang profesor di universitas terkenal telah “mencukupkan” peran kita sebagai seorang akademisi.

Padahal peran kita tidak terbatas pada hal itu. Jelas tertuang dalam Tridharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan serta Pengabdian pada masyarakat. Jelas sebagai “Tuan Rumah” Perguruan Tinggi, kita dituntut tidakhanya kompeten pada bidang “Process and Technology” namun juga memberikan manfaat pada “People” di sekeliling kampus kita.

Sepertinya para akademisi harus merubah jargon NACO (Not Action Concept Only) yang hanya menghasilkan konsep dan “tumpukan kertas” belaka di “Ruang Ilmu” serta “Rumah Pengetahuan” yang kita punya. Kita harus rubah Paradigmanya Menjadi PDCA (Plan, Do, Check and Action) sesuai kapasitas sebagai seorang “ilmuwan” dan “kaum terpelajar” seperti pada jaman kebangkitan dan kemerdekaan Indonesia yang memberi pengaruh besar pada peradaban bangsa.

Saya masih teringat pada saat menulis Tesis di Institut Manajemen Telkom tahun 2008. Saat itu diputuskan untuk membahas topik tentang Muhammad Yunus (pendiri Grameen Bank di Bangladesh yang memberikan pinjaman tanpa jaminan kepada rakyat miskin sebagai modal usaha). Hal ini dilatar belakangi oleh kekaguman saya pada peran belia sebagai seorang dosen yang tidak hanya “NACO” namun sudah mengimplementasikan “PDCA”. Tesis saya masih berhubungan dengan Telekomunikasi karena yang dibahas adalah Peran Pemangku Kapentingan “Grameen Telecom” salah satu grup dari Grameen yang membuat Kewirausahaan Sosial (Social Enterpreneurship) melalui Program Telepon Desa (Village Phone) di Bangladesh.

Seperti yang dikatakan oleh beberapa Profesor Perguruan Tinggi terkenal di Indonesia, di pada zaman kebijaksanaan ini bukan kekayaan materi yang dicari, tapi lebih pada kekayaan jiwa. Makna kasih sayang, kesejahteraan, perdamaian, keadilan, harmonisasi, kesaling tergantungan, kerendahatian, kejujuran, komitment, integritas, ketakwaan, keimanan dan berbagai sifat kebaikan yang manusiawi lainnya.

Bahkan seperti yang disampaikan oleh Steven Covey (Seorang Pakar Pengembangan Diri), bahwa salah satu sebab ketertarikannya membuat buku The 8th Habits adalah terinspirasi oleh kisah Profesor Muhammad Yunus seorang Dosen Ekonomi di Universitas Chitagong, Bangladesh yang tergugah oleh lingkungan sekitarnya yang miskin, yang papa dan tak berdaya.

Profesor Muhammad Yunus merasa pelajaran yang ia berikan kepada mahasiswanya tidak sejalan dengan kenyataan. Setiap ia keluar kampus selepas mengajarkan tentang ekonomi modern dia mendapati kesulitan yang dihadapi masyarakat.

Lalu ia mulai menanyai orang-orang miskin namun masih mau berusaha itu, hingga ia mendapat simpulan bahwa mereka membutuhkan modal. Dan lebih dari itu modal yang mereka butuhkan tidak besar, iapun mampu membantunya. Itulah awalnya Muhammad Yunus mendirikan Grameen Bank, yaitu bank yang memberikan pinjaman kepada kaum miskin Bangladesh tanpa jaminan.

Pada tanggal22-23 Oktober 2012 Profesor Muhammad Yunus berada di Yogyakarta untuk menghadiri International Microfinance Conference. Sebagai Peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus mengatakan, aktivitas bisnis sosial sama seperti atau bahkan bisa bermakna melebihi kegiatan filantrofis karena kegiatan bisnis sosial dapat meningkatkan tingkat kemandirian ekonomi.

“Filantrofis memberikan uang tetapi orang yang menerimanya cenderung tidak mendapatkan uang itu kembali. Sedangkan bisnis sosial memberikan uang dan orang yang menerimanya dapat mendapatkan uang itu kembali,” kata Muhammad Yunus dalam International Microfinance Conference di Yogyakarta, Senin (22/10).

Mengapa Muhammad Yunus melakukan itu? Itulah hakikat spiritual dari adanya panggilan jiwa adanya suara hati dari kebenaran hakikat yang datangnya dari Allah SWT.

Kategori
Business Kerja Leadership Lecture Manajemen Pemikiran Pendidikan Telematika Tokoh Widyatama

Kewirausahaan Akuntansi @Utama: Hubungan Kepemimpinan, Kasih Sayang Orang Tua dan Mahasiswa Sukses Wirausaha @Kurisol

Kuliah Kewirausahaan yang saya ampu hari ini dari jam 07.00-16.00 di Akuntansi Universitas Widyatama dipenuhi emosi yang bergejolak. Satu saat mahasiswa tertawa terbahak-bahak, dilain waktu mereka diam membisu bahkan menangis ketika mengikuti kuliah ini. Berikut adalah cuplikannya:

Kepemimpinan


 

 

Kasih Sayang Orang Tua

Kadang tidak mudah bagi mahasiswa untuk menghargai kasih sayang orang tua, padahal mereka menebar cinta  dalam setiap desahan nafas, gerak bibir dan ayunan langkah. Tak ada yang mereka pikirkan begitu penting selain keluarga, ini mungkin nasehat lama yang sudah terlalu sering kita dengar, namun tak pernah usang karena orang tua selalu sangat penting. Mengenang orang tua sebenarnya mengenang keberadaan diri kita sendiri. Kita terlahir dari buah kasih sayang, tumbuh dalam naungan kasih sayang, memang tak ada yang terlambat untuk menyadari betapa besar cinta mereka.

Anak durhaka adalah seorang anak yang tidak pernah dapat membuat kedua orang tuanya tersenyum bangga. Ketika ia berada disisi orang tuanya kadang kala anak mereka durhaka. Mereka tidak pernah tahu apa keinginan orang tuanya. Dengan mengasihi mereka, mungkin itu cukup untuk membuatnya bangga meskipun tak tersenyum. Terakhir jadilah anak yang membuat Orang Tua tersenyum bangga karena kehadiran kita disisnya. Sebagai contoh kasus, saya ceritakan betapa kasih sayang Dahlan Iskan dan Chairul Tanjung pada orang tua mereka, teruta ibu, membuat mereka sukses seperti sekarang ini. Cinta orang tua mereka yang membuat mereka seperti sekarang ini…………

Kuliah kali ini diselingi dengan pemutaran clip video kasih sayang orang tua yang membuat anak mereka “terbang tinggi dengan sayap mereka sendiri”. Para mahasiswa (terutama mahasiswi) matanya berkaca-kaca bahkan sebagian menangis ingat orang tua mereka……Saya minta pada mereka setelah pulang kuliah segera memeluk dan mencium tangan orang tua merka sebagai ungkapan kasih sayang………

Setelah itu saya putar beberapa clip video menggugah namun lucu diantaranya “Forrest Gump”. Film ini menceritakan seorang “idiot” (diperankan oleh aktor pemenang Oscar Tom Hank) yang karena kegigihannya dan kasih sayang ibunya bisa menjadi pengusaha sukses. Para mahasiswa tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku Forrest Gump yang lugu namun cerdas. Saya ceritakan juga hikmah dari film ini, diantaranya bahwa bila seseorang itu “Leukeun Pasti Pakeun” (sesorang yang teguh dalam tujuannya pasti berhasil)….
 

Mahasiswa Sukses Berwirausaha

Sebagai bagian akhir kuliah, saya mempersilakan  kelompok-5 KELAS-G untuk mempresentasikan tugas wawancara wirausaha. Kelompok ini terdari dari:

  1. 0111U140 Elsa Oktaviana @tomomielso
  2. 0111U142 Asti Sundari @astisundari
  3. 0111U117 Tiara Cahya S @tiaracs
  4. 0111U206 Destiyani @destyezy
  5. 0111U229 Dewi Ambarwati @deewipandaa

Mereka  berhasil membuat reportase video Rizki Pratama seorang mahasiswa angkatan 2010 yang berhasil menjadi pengusaha kuliner dengan merek “Kurisol” sebuah Brands Kuliner yang sedang Berekspansi Di Kota Bandung Indonesia. Walau masih mahasiswa, dia berhasil menjadi pengusaha setelah terinpirasi dari mengerjakan tugas kuliah wirausaha di kampusnya. Para mahasiswa terinspirasi oleh “kawan sebaya” mereka yang berhasil mewujudkan keinginannya karena “Junun” (serius dan fokus) dalam usaha tanpa mengganggu kuliahnya.

 
Kategori
Business Kerja Leadership Lecture Manajemen Pemikiran Pendidikan Widyatama Wirausaha

Kuliah Kewirausahaan: Antara Sarapan Bubur Pardoel dan Orientasi Pada Tindakan Wirausaha

Hari ini sesuai janji pada Mahasiswa, saya mulai kuliah dengan sarapan bubur. Sangat menarik, ketika para mahasiswa seperti “antri sembako” saat mengambil bubur yang disediakan. Banyak dari mereka meminta tmbah karena buburnya memang enak dan “Maknyos”. Sungguh kuliah yang tidak terlupakan olseh dosen mahasiswa Kewirausahaan Prodi Akun6tasi Universitas Widyatama.

Bubur disajikan oleh Tendy Septiadi (0112A008) lengkap dengan kompor gasnya agar tersaji dengan hanta. Sebetulnya, awalnya ia tidak tertarik di bidang ini, namun karena ada satu bakat yang terpendam dalam dirinya yaitu “Bakat Ku Butuh” maka jadilah dia wirausahawan.

Tendy adalah pemilik “Bubur Ayam Pardoel”,  beralamatkan di jl.Pasir Luyu Barat no 34 yang saat ini sudah dijadikan menu pilihan sarapan pagi, bagi warga Pasir Luyu Barat khususnya, dan warga lainnya yang mau berangkat ataupun pulang kerja, karena saat ini Bubur Ayam Pardoel sudah mulai buka dari pagi pukul 06.00- 10.00 Pagi dan sorenya buka pukul 16.00- 22.00 wib

Singkat kata Tendy sudah jadi “Pengusaha Bubur” yang sukses dan baru saja merenovasi tempat usahanya dengan modal sendiri. Saat ini dia bisa berdikari dan menghidupi dirinya dan bebera pegawai yang tidak mampu di tempat usahanya. Bahkan dia mampu menyekolahkan kembali anak buahnya yang putus sekolah sehingga bolehlah dia dipanggil sebagai “Social Entrepreneur”.

Setelah itu dsampaikan kuliah KEWIRAUSAHAAN Bab 4 Berorientasi Pada Tindakan sbb:

Tujuan Pengajaran 

  1. Mempelajari salah satu karakter yang perlu dikembangkan sebagai calon wirausahawan yaitu senantiasa berorientasi pada tindakan
  2. Memahami tindakan dan sikap yang perlu dimiliki untuk dapat menjadi pribadi yang  berorientasi pada tindakan

Ciri-ciri Pengusaha ==> Mampu Mengambil keputusan dan Bertindak Cepat

Orientasi PDCA (Plan, Do, Check and Action) => Menghindari:

  • NATO (No Action Talk Only) => hasil : gosip, konflik
  • NADO (No Action Dream Only) => hasil : visi, karya seni
  • NACO (No Action Concept Only) => hasil : teori, falsafah

 8th Habits of Highly Effective People (Stephen Covey):

  1. Proaktif
  2. Bermula dari Ujung Pemikiran (Begin with the end of mind)
  3. Dahulukan Hal yang Utama
  4. Berfikir Menang – Menang  (win – win )
  5. Memahami Untuk Dipahami
  6. Sinergi
  7. Menajamkan Ketahanan, Fleksibilitas dan Kekuatan
  8. Menemukan Keunikan dan Membantu Orang Lain Menemukannya

 

Kategori
Business Diklat E-Learning Innovation Leadership Lecture Manajemen Pemikiran Pendidikan Telematika Wirausaha

Become Trainer of International Training Program on ICT Support for Palestinian SMEs Development

 
As part of Indonesia’s commitment to support Palestine in building its capacity development by providing trainings for 1000 Palestinians (2008 – 2013), Directorate of Technical Cooperation, Directorate General of Information and Public Diplomacy, Ministry of Foreign Affairs, is holding “International Training Program on Information and Communication Technology Support for Palestinian SMEs Development, Bandung, from 19 – 27 September 2012.
 
It is organized in cooperation with the Institute for Innovation and Entrepreneurship Development, Bandung Institute of Technology (LPIK ITB).
 
Ambassador Suprapto Martosetomo, Special Advisor to the Minister on Institutional Relations, the Ministry of Foreign Affairs in his Opening Remarks (19/09/12) underlined the importance of independent Palestine not only politically, but also in social-economic development so that the future of Palestine state will be viable and enduring.  “One of the concrete ways to support economic development is through the significant role of small and medium enterprises (SMEs).
 
 
SMEs create more employment, provide better opportunity and empower local economic potentials, and prove to be able to survive and remain to be the back bone of economic development during economic crises. And Indonesia has valuable experience to share on this with our Palestine brother in today’s training in Bandung, the city of scholar, fashion, cuisine”, said Ambassador Suprapto.
 
In line with that, Ambassador of the State of Palestine in his remarks mentioned that the program of Capacity Building for Palestine by Indonesian Government are various and it is not only limited on the program done by Technical Cooperation Directorate, but also in the framework of New Asia Africa Strategic Partnership (NAASP).
 
For that, the Ambassador conveyed his grateful acknowledgment to the government and the people of Indonesia for their support on the independence and the development of Palestine and wished that in the future Palestine would be able to do the same way as Indonesian does. The Ambassador also encouraged the participants to learn how Indonesian’s SMEs are connected and being competitive. 
 
 
Meanwhile, the Director for Technical Cooperation reported that the training program is one of numerous training programs for Palestine conducted by the Directorate of Technical Cooperation of the Indonesian Foreign Ministry. In the period of 2008-2011 the Directorate has launched 7 capacity building programs. 
 
In the current program, there are 7 Palestinians taking part on the training.  It will make the total number of Palestinians trained under the Directorate of Technical Cooperation programs becomes 42 persons entirely from 2008-2012.
 
For Palestine, The Directorate has designed several scenarios of trainings and other capacity building programs. Many discussions and meetings have been organized. The directorate also plans to hold trainings in Ramallah, Palestine, in order to establish more effective trainings with larger number of participants.
 
 
During the training, the participants will have the opportunity to enrich their knowledge, advance their skills and upgrade their competency particularly related to information and communication technology on SMEs sector.
 
The participants will acquire theoretical, technical and practical courses from number of exceptional speakers, practitioners and experts. The participants are also arranged to have opportunity to visit Museum of Asia Africa in Bandung, Saung Angklung Udjo, and other potential markets from SMEs actors in Bandung.
 
“It is hoped that the training will not only be merely one way education session, but will also be the forum for exchanging ideas and experiences between Indonesia and Palestine in order to build synergies and strengthen cooperation in SMEs development”, said Director Siti Nugraha Mauludiah ended her official report.
 
 
Kategori
Business Kamu Muda Kerja Lecture Manajemen Pemikiran Pendidikan Proyek Tokoh Widyatama Wirausaha

Kebahagiaan Seorang Pendidik Kewirausahaan Dalam Kondisi Suara Masih Serak (Nyaris Hilang)

Jum’at kemarin adalah hari yang melelahkan dan menggembirakan. Betapa capainya melakukan tugas ke Sumbawa, baru sampai Jum’at dini hari, paginya jam 07.00 langsung meluncur ke Universitas Widyatama untuk memberikan Kuliah Kewirausahaan Prodi Akuntasi sampai jam 16:00…..

Kuliah sepanjang hari harus diiringi dengan Kondisi Suara Masih Serak (Nyaris Hilang). Mungkin kecapaian karena perjalanan jauh dan kerja yang padat di minggu ini. Namun, hal itu terbayar dengan Kebahagiaan Seorang Pendidik Kewirausahaan melihat hasil pikiran dan karya mahasiswa yang hadir saat itu.

Pada kuliah kemarin saya sengaja minta mereka mebacakan karangan atau impian mereka tentang “Bila Aku Menjadi Wirausaha”. Sengaja judulnya memodifikasi salah satu acara di TV agar mahasiswa lebih meras gaul dan tidak terbebani tugas ini.

Salah satunya adalah presentasi Tendy Septiadi (0112A008) yang awalnya tidak tertarik di bidang ini. Namun karena ada satu bakat yang terpendam dalam dirinya yaitu “Bakat Ku Butuh” maka jadilah dia wirausahawan. Menurut dia banyak tantangan dari orang terdekat terutama orang tua sampai mereka berkata: “Kalau kamu bisnis, berarti kamu udah ga nganggap kita mampu buat ngebiayain”. Ada juga tantangan dari ex-calon “belahan jiwa” yang merasa tidak cocok kalau “si dia” adalah “Tukang Bubur”………

Tendy adalah pemilik “Bubur Ayam Pardoel”, beralamatkan di jl.Pasir Luyu Barat no 34 yang saat ini sudah dijadikan menu pilihan sarapan pagi, bagi warga Pasir Luyu Barat khususnya, dan warga lainnya yang mau berangkat ataupun pulang kerja, karena saat ini Bubur Ayam Pardoel sudah mulai buka dari pagi pukul 06.00- 10.00 Pagi dan sorenya buka pukul 16.00- 22.00 wib

Singkat kata Tendy sudah jadi “Pengusaha Bubur” yang sukses dan baru saja merenovasi tempat usahanya dengan modal sendiri. Saat ini dia bisa berdikari dan menghidupi dirinya dan bebera pegawai yang tidak mampu di tempat usahanya. Bahkan dia mampu menyekolahkan kembali anak buahnya yang putus sekolah sehingga bolehlah dia dipanggil sebagai “Social Entrepreneur”.

Satu lagi adalah Rhesy Rangga P (0111u283) dengan kutipan sebagai berikut:

Seandainya aku jadi seorang pengusaha yang menjadi owner tersebut aku memilih membuka Restoran/Rumah Makan,kenapa aku memilih untuk membuka rumah makan?karena semahal-mahalnya apapun makanan itu jika memang menarik dan sangat disenangi oleh konsumen pasti akan laku ,lagi pula makan adalah salah satu kebutuhan pokok setiap orang.

Saya juga barusan soft opening rumah makan yang bernamakan Jogja Steak,disini saya menawarkan lebih berbeda dari steak-steak yang lain yang membuat saya yakin bias menarik konsumen lebih banyak.keunggulan Jogja Steak adalah disitu ada menu yang tidak dimiliki oleh steak yang lain,biasanya steak cumin ada daging sapi,ayam,dll.Tetapi di Jogja Steak memiliki steak yang unik seperti Steak Tempe ,Steak Tahu dan masih banyak yang bias membuat konsumen dengan steak steak yang berbeda dan harga relative terjangkau.

Di Jogja Steak saya tidak hanya menawarkan orang untuk makan ,kenyang dan pulang.disini saya membuat konsep lebih alamiah ya itu menggunakan suasana lebih seperti beradat contoh : menggunakan kursi kayu yang unik,menggunakan konsep bangunan joglo,ada yang bias makan di lesehan di taman (bukan di pinggir jalan) menggunakan music dan suasana lebih membuat mereka menikmati rasa dan kenyamanan di tempat makan itu,disitu saya tidak memasang hotspot.kenapa saya tidak memasang hotspot karena ada beberapa alas an yang saya miliki yaitu : jika kita memakai hotspot banyak orang yang makan/minum standar tetapi mereka nongkrongnya lebih dari 2 jam hanya buat bermain internet,banyak juga mahasiswa yang meramaikan tetapi tidak makan atau hanya minum dan menggunakan hotspot.

Setelah tanpa hotspot saya amati tetap banyak orang yang datang ke Jogja Steak karena memang mereka berniat untuk makan dan menikmati music dan suasana secara tidak langsung saya mengambil kesimpulan kalau tanpa ada hotspot pun berarti kita bias membuat konsumen ramai dengan cara kita menjual suasana yang alami dan nyaman buat mereka.

Ada beberapa hal yang membuat saya memilih jadi wirausaha & restoran Steak :

  1. Karena Papa saya memiliki banyak teman yang hampir semuanya adalah pengusaha seperti Bakpia 25,Waroeng Steak,Batik Jogja,dll
  2. Saya memang bercita-cita kalau penghasilan saya yang mengatur adalah diri saya sendiri.
  3. Steak adalah makanan yang biasa dipandang buat orang menengah keatas tetapi sebenarnya steak yang ada di Jogja Steak ini dimulai dari harga 9 ribu – 18 ribu rupiah karena kita ada menu steak yang ekonomis sehingga bisa semua konsumen bisa menikmatinya
  4. Kita tidak hanya menjual Makan / Minum yang terpenting kita menjual suasana yang bisa membuat mereka terpuaskan saat menikmati makanannya
  5. Dan yang paling penting yaitu Papa saya memiliki salah satu orang kepercayaan yaitu manajer dari rumah makan terkenal yang sangat terkenal tetapi saya tidak bisa menyebutkannya

Di atas saya menyinggung manajer yang sangat professional yang membantu saya,jadi gini cerita yang sebenernya Manajer itu memiliki skill yang bagus yang mengatur café yang tidak bisa saya sebut kita samarkan menjadi café M,jadi dia anajer café M se Indonesia,sedangkan café M itu hamper memiliki ratusan cabang di Indonesia,tetapi dia keluar karena ada masalah dengan pemiliknya.lalu dia membuat Café sendiri yang sekarang per hari bisa ber omset 3-5jt dan saya membuat kerjasama dengan Manajer itu,semua pegawai saya dia yang mencarikan karena banyak juga pegawai dia yang keluar dari café M secara tidak langsung berarti pegawai sudah berpengalaman kan? Dan kita membuat kesepakatan bahwa dia menjadi Manajer Jogja Steak dengan kesepakatan dia 20% dan saya sebagai pemilik 70% dari omset bulanan,tetapi 20% itu tidak hanya buat manajer 10% nya lagi buat bonus pegawai diluar gaji utama pegawai sehingga pegawai semangat dan melakukan yang terbaik untuk memuaskan konsumen yang ada

Sekarang Jogja Steak baru berjalan 2 minggu dengan omset per hari 1 juta – 1,5 juta perhari jam kerja mulai jam 14.00 – 23.00 kita lebih ramai di jam malam karena suasana malam lebih banyak digemeri dari pada siang hari,dan Insyaallah malem minggu ini kita akan melakukan Grand Opening dengan promosi secara sederhana ke tempat tempat yang bisa menarik konsumen dengan baik.

Itu salah satu usaha yang saya terapkan untuk saat ini,saya terobsesi oleh sahabat sahabat dari Papa saya.dan saya pernah ingat dari salah satu sahabat papa saya yang memiliki tempat makan di jogja yang bernama Ayam Goreng Mbok Berek dia berkata “Pengusaha jangan hanya memikirkan penghasilan tetapi harus memikirkan kebahagiaan karyawan yang bekerja,karena penghasilan yang kita peroleh proses dari karyawan yang dapat memuaskan pelayanan kepada pelanggan “jadi setiap 1 bulan sekali kita pasti melakukan jalan / ada bonus tambahan atau apapun itu yang bisa membuat karyawan menjadi nyawan bekerja untuk kita.

Kategori
Business Canda Lagu Lecture Manajemen Pemikiran Pendidikan Tokoh Widyatama Wirausaha

Berpikir Perubahan, Resiko Karet Pengikat Rambut Dan Kolaborasi Gun N’ Roses Dengan Oma Irama

Kemarin saya memberikan kuliah Kewirausahaan dengan Topik “Berpikir Perubahan”. Berikut “alur ceritanya”:

Peran Kewirausahaan
 
Kewirausahaan (entrepreneurship) berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi bangsa. Singapura misalnya, menjadi negara yang maju karena prinsip2 entrepreneurship. Hasilnya adalah perusahaan IT kelas dunia yang awalnya dirintis oleh wirausahawan muda. Hal yang sama dilakukan negara-negara Amerika Serikat, Taiwan, Korea yang peka terhadap pembentukan entrepreneurs. (Gatot Johanes Silalahi, MSc; Sinar Harapan, 2005)
 
Menurut definisi, wirausaha adalah suatu kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah terhadap produk atau jasa melalui transformasi, kreatifitas, inovasi, dan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga produk atau jasa tersebut lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pengguna produk dan jasa (Prof. Raymond Kao, Nanyang Business School, Singapore 2005). Hitt,Ireland&Hoskisson (2010) mengatakan bahwa Kewirausahaan Strategis (Strategic Entrepreneurship) yang biasanya  dilakukan oleh perserorangan dan badan usaha adalah :
  1. Mengambil langkah-langkah kewirausahaan dengan perspektif strategis.
  2. Berperilaku menggiatkan pencarian kesempatan usaha dan keunggulan kompetitif.
  3. Merencanakan dan mengimplementasikan strategi kewirausahaan untuk menciptakan keuntungan.
Usaha-usaha Kewirausahaan Strategis (Hitt,Ireland&Hoskisson: 2010) diatas harus didasari, didorong dan mempunyai tujuan pada beberapa faktor seperti yang digambarkan dalam gambar di bawah yaitu:
  1. Cara berfikir kewirausahaan dari pendiri (founding father) organisasi atau badan usaha.
  2. Mempunyai  kelompok kerja untuk mengembangkan produk atau pelayanan.
  3. Memfasilitasi inovasi dan integrasinya dengan menyebarkan nilai luhur dan kepemimpinan kewirausahaan.
  4. Menciptakan nilai tambah melalui inovasi yang dilakukan.
 

 
Berpikir Perubahan
 
Perubahan adalah suatu keharusan karena perubahan adalah sebuah esensi dari adanya sebuah kemajuan. Menjadi maju dapat berarti bahwa kita harus berpindah posisi menjadi semakin ke depan dari posisi kita semua. Perubahan harus dikelola dengan baik dalam sebuah Manajemen Perubahan (Change Management) dan Industri Harapan (Manufacturing Hope). Harmoni hidup seringkali menjadi sebuah jebakan bagi kita untuk malas dalam mempertahankan dinamika perubahan.
 
Sebelum perubahan menyentuh cara berpikir, maka manusia itu belum berubah. Maka dari itu,  jika kita ingin berubah, maka kita harus mengubah cara berpikir kita. Dalam hal ini, perubahan yang dimaksud adalah berubah dari seorang karyawan menjadi seorang wirausaha untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik dan cerah.
Kita memiliki kekuatan otak yang belum terungkap untuk memaksimumkan kekuatan berpikir dalam usaha mengubah kehidupan Kita di masa depan, maka renungkanlah sejumlah pertanyaan di bawah ini untuk menggali pikiran Kita, apakah Kita termasuk memilki keinginan untuk menjadi seorang entrepreneur. Berikut adalah pertanyaan tersebut.
  • Apakah dalam pikiran Kita telah memiliki kepuasan dari apa yang Kita lakukan dalam pekerjaan saat ini?
  • Apakah Kita dalam melaksanakan pekerjaan saat ini mendapatkan kesulitan bila melebihi kekuasaan dan wewenang yang Kita miliki?
  • Apakah Kita merasakan dalam pikiran untuk merubah apa yang dikerjakan menjadi lebih sempurna sebagai keinginan yang lebih besar dari pada mempertahankan tugas apa adanya saat ini?
  • Apakah Kita memiliki kemampuan berpikir untuk menimbulkan ide baru setiap saat Kita melangkah dalam hidup ini?
  • Apakah Kita memiliki kemampuan untuk merumuskan kedalam perencanaan dan aplikasi dari ide baru Kita?
  • Apakah Kita dapat meredam dan merahasiakan ide Kita dari orang lain, sebelum Kita siap melaksanakannya?
  • Apakah Kita memiliki jaringan atau memperluasnya ke jaringan baru atas kemampuan Kita atau teman?
  • Apakah Kita merasakan mendapat dukungan atas ide Kita dari lingkungan internal dan eksternal atau bagian besar menentangnya?
  • Apakah Kita merasakan memiliki kemampuan untuk melewati rintangan yang maha sulit yang mungkin dalam pikiran Kita mungkin gagal dari pengalamannya?
  • Apakah Kita merasakan ketidak puasan bila ada orang kepercayaan Kita tidak mampu melaksanakan dari bagian ide Kita?
  • Apakah Kita mampu mengubah kecenderungan bahwa kepuasan didapat bila sesuatu dikerjakan sendiri dan berusaha membagi tugas dan tanggung jawab dalam kerja tim?
  • Apakah Kita memiliki keinginan untuk memisahkan sebagian pendapatan dalam usaha Kita untuk merubah nasib dengan menangkap peluang masa depan?
Bila jawaban Kita menunjukkan bilangan ya dan atau tidak, apakah Kita sudah siap untuk membuat langkah-langkah yang harus dihadapi ke depan, sekiranya dikelompokkan dalam posisi yang disebut dengan:
  1. Bekerja sebagai pegawai yang terikat,
  2. Bekerja sebagai pegawai yang tidak terikat,
  3. Bekerja sebagai pengusaha,
  4. Bekerja sebagai penanam modal.
Bila jawaban Kita dari 12 pertanyaan, menjawab 12 kali tidak berarti Kita semata-mata hanya ingin jadi pegawai yang terikat ; menjawab 8 kali ya dan 4 tidak berarti Kita ingin bekerja sebagai pegawai yang tidak terikat; menjawab 12 kali ya berarti Kita adalah seorang yang berkeinginan untuk bekerja sebagai pengusaha; menjawab 10 kali ya dan 2 tidak berarti Kita adalah seorang bekerja sebagai penanam modal. Perubahan perjalanan hidup ditentukan oleh oleh pikiran kita sendiri, apakah kita ingin merubah cara kita untuk mendapatkan penghasilan atau tidak.
 

 
Risiko Karet Pengikat Rambut
Saya juga menerangkan bahwa dalam menjalankan suatu kegiatan pembangunan atau pengembangan usaha tentunya akan menghadapi beberapa resiko usaha yang dapat mempengaruhi hasil usahanya tersebut, apabila hal tersebut tidak diantisipasi dan dipersiapkan serta penanganannya maka bisa saja resiko usaha tersebut terjadi.
 
Saya pakai perumpamaan dengan menggunakan Karet Pengikat Rambut milik mahasiswa wanita dan spidol whiteboard. Cara adalah sebagai berikut:
  1. Letakkan 2-4 spidol whiteboard di lantai dengan tegak supaya tidak rubuh.
  2. Buat tanda/garis di belakang keramik/tegel pertama dan seterusnya serta  bubuhkan angka “25”, “50”, “75” sampai dengan “100”
  3. Mintalah mahasiswa untuk melakukan 5 lemparan dengan menggunakan  Karet Pengikat Rambut  ke  spidol whiteboard agar mencapai nilai terbanyak.
  4. Beberapa mahasiswa “main aman” dengan hanya berdiri di keramik/tegel pertama dan memperoleh nila maksimum 125.
  5. Mahasiswa lain yang “ambisius” mencoba melempar dari jarak terjauh (keramik/tegel keempat), namun memeproleh hasil lebih kecil dari cara pertama.
  6. Akhirnya, dari beberapa percobaan bisa diperoleh hasil optimal, bila secara bertahap para mahasiswa melempar dari keramik/tegel pertama, kemudian ditingkatkan ke level “risiko” berikutnya setelah mereka terbiasa.
  7. Hal ini mirip dengan wirausaha yang harus dilakukan mahasiswa secara dini agar terbiasa dengan resiko-resiko yang ada dalam menjalankan usahanya.

 
Kolaborasi Gun N’ Roses Dengan Oma Irama
 
Untuk mengisi “otak kanan” para mahasiswa saya putarkan parodi video clip dari Gun N’ Roses Dengan lagu terkenal dari Oma Irama yaitu “Begadang”. Tadinya ini lagunya  Gun N’ Roses yabng berjudul “Sweet Child o’ Mine” , dimana lagu ini pernah ngetrend saat saya masih muda dulu dan saya pun pernah manggung membawakan lagu ini, walaupun penontonnya pada kabur. Video ini sebenarnya diedit biar adegan2nya sealur dengan lagunya Bang haji yang berjudul Begadang.
 
Syahdan band rock raksasa Guns n Roses yang legendaris  itu dituduh mengklaim lagu orang Indonesia sebagai milik mereka. Tidak tanggung-tanggung, lagu yang mereka klaim adalah lagu-lagu sang Raja Dangdut Rhoma Irama salah satunya “Begadang”. Kuasa hukum Rhoma Irama saat ditemui, belum memberikan keterangan pasti soal masalah ini, namun manajemen produksi Guns n Roses dengan keras menyatakan bahwa lagu-lagu tersebut adalah sah milik mereka. Mereka menunjukkan video klip yang menampilkan Guns n Roses membawakan lagu-lagu tersebut. Bagaimana pun, kita semua di sini tahu bahwa lagu “Begadang” adalah trademark dari bang Haji Rhoma Irama. Sungguh memalukan dan tidak tahu diri bila band sebesar dan selegendaris Guns n Roses asal-asalan mengklaim karya milik orang lain.

 

Kategori
Business Filosofi Ilmiah IMTelkom Leadership Lecture Manajemen Pemikiran Pendidikan Wirausaha

#ManajemenPembebas Kewirausahaan Strategis (Strategic Entrepreneurship)

Menurut definisi, wirausaha adalah suatu kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah terhadap produk atau jasa melalui transformasi, kreatifitas, inovasi, dan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga produk atau jasa tersebut lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pengguna produk dan jasa (Prof. Raymond Kao, Nanyang Business School, Singapore 2005). Hitt,Ireland&Hoskisson (2010) mengatakan bahwa Kewirausahaan Strategis (Strategic Entrepreneurship) yang biasanya  dilakukan oleh perserorangan dan badan usaha adalah :
  1. Mengambil langkah-langkah kewirausahaan dengan perspektif strategis.
  2. Berperilaku menggiatkan pencarian kesempatan usaha dan keunggulan kompetitif.
  3. Merencanakan dan mengimplementasikan strategi kewirausahaan untuk menciptakan keuntungan.
Usaha-usaha Kewirausahaan Strategis (Hitt,Ireland&Hoskisson: 2009) diatas harus didasari, didorong dan mempunyai tujuan pada beberapa faktor seperti yang digambarkan dalam gambar di bawah yaitu:
  1. Cara berfikir kewirausahaan dari pendiri (founding father) organisasi atau badan usaha.
  2. Mempunyai  kelompok kerja untuk mengembangkan produk atau pelayanan.
  3. Memfasilitasi inovasi dan integrasinya dengan menyebarkan nilai luhur dan kepemimpinan kewirausahaan.
  4. Menciptakan nilai tambah melalui inovasi yang dilakukan.
Kewirausahaan (entrepreneurship) berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi bangsa. Singapura misalnya, menjadi negara yang maju karena prinsip2 entrepreneurship. Hasilnya adalah perusahaan IT kelas dunia yang awalnya dirintis oleh wirausahawan muda. Hal yang sama dilakukan negara-negara Amerika Serikat, Taiwan, Korea yang peka terhadap pembentukan entrepreneurs. (Gatot Johanes Silalahi, MSc; Sinar Harapan, 2005)
Rencana Strategis Departemen Koperasi Indonesia tahun 2005-2009 menyebutkan bahwa kewirausahaan merupakan faktor produksi terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing Koperasi, Usaha mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) dan daya saing ekonomi nasional. Strategi ini bertujuan mewujudkan 6 juta unit Usaha mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) baru selama periode tahun 2005-2009 dan meningkatkan kewirausahaan dan daya saing KUMKM di Indonesia. Untuk itu, pemerintah sedang mengembangkan strategi pengembangan kewirausahaan di Indonesia pada masa mendatang, melalui kebijakan sebagai berikut:

  • Kebijakan Pengembangan Unit usaha Baru

Pengembangan unit usaha baru diharapkan akan mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan penyedia lapangan kerja pada masa mendatang. Untuk menunjang pertumbuhan dan daya tahan ekonomi nasional, maka Indonesia memerlukan tambahan 20 juta orang wirausaha baru sampai dengan tahun 2020. Selama periode 2005 – 2009 pemerintah mencanangkan 6 juta unit usaha UMKM baru yang berbasis pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, gerakan memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan perlu terus ditingkatkan.

  • Kebijakan Sistem Insentif untuk Peningkatan Kewirausahaan KUMKM
Pengembangan sistem insentif untuk meningkatkan kewirausahaan KUMKM melalui berbagai kegiatan pelatihan, penghargaan, dukungan pengembangan usaha dan sistem insentif lainnya. Peningkatan kompetensi dan kualitas SDM KUMKM diharapkan akan mampu meningkatkan daya saingnya secara berkelanjutan. Peningkatan SDM KUMKM ini ditempuh melalui pengembangan kapasitas dan akreditasi lembaga-lembaga pelatihan, voucher system, penerapan pendidikan nasional yang berbasis kompetensi dan program sertifikasi SDM KUMKM, serta kemitraan KUMKM dengan perguruan tinggi, pendidikan kejuruan dan lembaga swadaya masyarakat.
  • Kebijakan Pemberdayaan KUMKM Yang Berkeunggulan Kompetitif 
Pemberdayaan KUMKM yang berkeunggulan kompetitif yang berbasis teknologi dan ekspor dilakukan melalui insentif perpajakan, kemudahan memperoleh paten dan HAKI, sistem voucher, dukungan komersialisasi hasil inovasi, dan fasilitasi kemitraan untuk pengembangan usahanya.