Mungkin orang menyangka ku tak pernah terlukaTegar bagaikan karang, tabu cucurkan air mata* Kadang ku rasa lelah harus tampil sempurnaIngin ku teriakkanAndai mereka tahu rasa dalam hatikuLembut bagaikan salju dan menghangatkan kalburepeat *reff:Pendidik juga manusia, punya rasa punya hatiJangan samakan dengan pisau belatiPendidik juga manusia, punya rasa punya hatiJangan samakan dengan pisau belatirepeat *Pendidik juga manusia, punya rasa punya hatiJangan samakan dengan pisau belatiRepeat reff
Ya, sesuai lagu yang (mohon maaf) dimodifikasi dari Seurieus ini, pendidik saat ini telah mengalami masa-masa metamorfosis dari “Ulat, Kepompong menjadi Kupu-kupu”. Perhatian para pemangku kepentingan akan pendidikan semakin meningkat, namun di sisi lain masih banyak “Pekerjaan Rumah” yang harus diselesaikan khususnya oleh pendidik.
Mulai dari “Standard Level Agreement/SLA” (Standar Pelayanan Minimum), kesesuaian pendidikan dengan dunia nyatasampai dengan sertifikasi yang diharapkan merubah pola “Hati, Pikir dan Aksi” dari pendidik. Ada beberapa pendidik yang sudah sadar, faham dan bertindak sesuai “Peran Tauladannya” sebagai pendidik. Adapula yang menganggap anak didiknya sebagai sarana pelampiasan akademis, komersial, bahkan (Audzubillahi Min Dzalik) nafsu birahinya.
Para pendidik harus menyadari, walaupun “Mungkin orang menyangka ku tak pernah terluka” tetap harus “Tegar bagaikan karang, tabu cucurkan air mata”. Dilain waktu pendidik “Kadang ku rasa lelah harus tampil sempurna” serta “Ingin ku teriakkan” dan ingin dimengerti “Andai mereka tahu rasa dalam hatiku” kita tetap harus “Lembut bagaikan salju dan menghangatkan kalbu“. Serta terus berusaha menyadarkan khalayak ramai bahwa “Pendidik juga manusia, punya rasa punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati“.