Kategori
Filosofi Kebijakan Leadership Lecture Pemikiran Pendidikan Pribadi

Bahasa Itu Cerminan Peradaban. Bila Punah, Hilang Pula Peradabannya

 

Bahasa daerah sering kali dianggap sebaga sumber perpecahan, padahal itu membentuk “warna dan tekstur dari lukisan” Bangsa Indonesia. Bahasa daerah itu seperti gen orangtua yang diturunkan pada kita, yang membentuk kehidupan menjadi utuh dan berwarna. Kalau hilang, punah pula “garis keturunan” kebangsaan kita.

Bahasa daerah bukan “anak haram” Bahasa Indonesia, ia berhak hidup utk memberi kebahagiaan pada Bangsa Indonesia yg dicintainya. Ia “dilahirkan dgn tangis bahagia”. Banyak fihak menganggap bahasa daerah adalah “Public Enemy” dr Bangsa Indonesia. Padahal wajah kita pun berbeda agar ada “Bhinneka Tunggal Ika”.

Menurut majalah @the_marketeers budaya lokal makin digandrungi. Seharusnya bahasa daerah mendapat tempat layak sebagai bagian utuh STP  (Segmenting, Targeting, Positioning) Bangsa Indonesia. Kita salut untuk Sule (@sule_prikitw) yang mengajak dan menampilkan agar kru @OVJ_Trans7 memakai bahasa Sunda, Jawa, Padang, Batak, Bugis, Manado, Maluku, Papua dan lain-lain karena kita “Berbeda Namun 1 Jua”

Bahasa daerah bukan “hama yg pelu dibasmi”, namun ia seperti “bakteri dalam lambung” yang membantu “pencernaan” budaya bangsa Indonesia. Berbeda dgn rokok, bahasa daerah sering dianggap “candu” yang harus dibasmi. Padahal ia seperti “Sirih yang dikunyah” dan berfungsi sbg “Antibiotik” bagi budaya asing yang tidak sesuai bagi Bangsa Indonesia.

Bahasa daerah seperti sel-sel yang membentuk Peradaban Indonesia. Kalau ia kena “Kanker” serta memasuki stadium 4, akan sulit bagi kita “mengobatinya” dan akan “menimbulkan kematian” bagi Kebudayaan Indonesia. Jelas bagi kita, bahasa itu cerminan peradaban. Bila punah, hilang pula peradabannya.